Minggu, 03 Oktober 2010

Meja 21


            Asya duduk di sebuah meja bundar sambil mengaduk-aduk minumannya yang baru di antar oleh seorang pelayan café tempat biasa ia dan sahabat-sahabatnya berkumpul. Asya seperti biasa duduk di sebuah meja yang bertuliskan angka 21 di atasnya,entah kenapa ia sangat suka duduk di meja itu.Di suatu ketika sahabat-sahabatnya bertanya kepada asya kenapa ia sangat suka duduk di meja 21 itu,asya hanya menjawab “karna gue suka dengan angka 21,selain itu dari sini bisa melihat keramaian kota”.
Sebenarnya asya mempunyai alasan tersendiri kenapa ia sangat senang duduk di meja berangka 21 itu.
Sore itu Asya sedang menunggu kedatangan sahabat-sahabatnya yang sudah membuat janji  tadi siang untuk berkumpul di café langganan mereka setelah mereka semua pulang kerja, Asya seperti biasa datang lebih awal dari pada sahabat-sahabatnya yang lain. Sambil menunggu,Asya membaca majalah fashion yang di belinya kemarin saat ia pulang bekerja,ia melihat-lihat model baju yang sedang tren di kalagan  wanita dewasa seumurannya. Setelah hampir dua puluh menit menunggu, akhirnya sahabat-sahabat Asya yang bernama Ariniya,Chia, dan Alyena datang dan meminta maaf karna mereka bertiga datang terlambat.
“sorry ia Sya kita telat.” kata chia sambil bergegas duduk di ikuti Ariniya dan Alyena.
“gak usah pake sorry, gue udah tau kebiasaan kalian bertiga !!! selalu telat kalo janjian.” kata Asya.
“maaf deh non,lain kali gak telat lagi deh.” goda Alyena kepada Asya.
“ya .. ya .. ya … selalu janji-janji kaya anggota DPR yang gak di tepati ujung-ujungnya.” kata Asya sambil menunjukan wajah BTnya.
“okok sorry deh kalo gitu,jangan cemberut lagi dong non !!! jelek tau mukanya di tekut kaya gitu.” ujar Ariniya.
“betul banget tuh,ayo dong senyum.” kata Alyena. Meski dengan sangat terpaksa dan masih menyimpan rasa kesal kepada ketiga sahabatnya Asya berusaha tersenyum.
 ”nah gitu donk senyum, meski rada gak enak di liat yah,hahahahahah.” ujar Chia dan terdengar juga suara ketawa kedua sahabatnya yang lain.
Setelah mereka meminta maaf kepada Asya,Merekapun bergegas
memaggil pelayan untuk memesan makan dan minum, sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka pun memulai pembicaraan. Pada sore itu mereka memilih mengobrol masalah percintaaan mereka masing-masing. Ketiga sahabatnya itu memiliki karakter dan pengalaman bercinta yang berbeda-beda, seperti halnya Ariniya yang memiliki karakter lemah lembut dan penyabar,karena sifatnya itu ia memiliki seorang pacar yang bernama Imanuel. Imanuel merupakan sesosok laki-laki yang memiliki karakter hampir sama dengan Ariniya, ia sangat baik dan sabar akan tetapi Imanuel memiliki keburukan yaitu PENCEMBURU akan tetapi keburukan Imanuel itu dapat di atasi dengan baik oleh Ariniya,terbukti mereka sudah tujuh taun berpacaran. Beda halnya dengan Chia, ia memiliki karakter cuek dan masa bodo selain itu dia memiliki moto dalam berpacaran ”MATI SATU TUMBUH SERIBU.” ia beranggapan berpacaran itu bukan hal yang harus di pikirkan terlalu rumit,alhasil dia tidak pernah berpacaran lama dengan seorang laki-laki. dan satu lagi sahabat Asya yaitu Alyena, ia memiliki paras wajah yang cantik,postur badan yang tinggi,kurus,dan berkulit putih, memiliki karakter elegan dan anggun.Alyena bisa dikatakan sebagai wanita yang sempurna,akan tetapi ia tidah memiliki percintaaan yang sempurna karna selama ini dia hanya di jadikan pajangan atau hanya di manfaatkan oleh mantan-mantan pacarnya terdahulu. Sementra Asya seorang wanita yang cantik,pintar,dan berwawasan luas, ia memiliki karakter yang mudah terenyuh atau terlalu sensitif,setiap yang terjadi pada dirinya atau yang di lakukannya selalu menggunakan hati dan emosi bukan dengan akal yang tenang. Dia beranggapan bahwa pacaran itu hal yang penting karna merupakan penentu masa depanya kelak untuk menentukan siapa laki-laki yang pantas untuk pendamping hidupnya nanti.
          ”Sya katanya loe mau cerita sama kita-kita tentang gebetan loe itu ?? siapa Sya namanya ??.” kata Chia.
”Rendi namanya”. kata ku ”menurut kalian Rendi itu gimana sih ?? apa dia termasuk keriteria cowo yang baik menurut kalian.”
”eeeemm... kalo menurut aku sih !! Rendi itu.” jawab Ariniya ”sosok laki-laki yang baik,bertanggung jawab, dan pendiam.”
”gue setuju sama Ariniya,” kata Alyena ”Rendi itu baik,bertanggung jawab,dan pendiam.Selain itu ada yang lebih penting lagi dari Rendi.”
”APA ???????????” jawab mereka bertiga serentak.
”Kaya !!!!!!.” lanjut Alyena ”Rendi itu kerja di perusahaan kelurganya yang sangat maju dan berkembang,apa lagi dia anak satu-satuya jadi secara otomatis dia yang akan nerusin dan sebagai pewaris tunggal perusahaan keluarganya itu.”
”Ya ampun,pemikiran loe Na.” jawab Chia “oke lah Rendi kaya,tapi kalo dia hanya baik di luar aja gimana ??? loe tega ngeliat temen loe menderita seumur hidupnya.”
”bener banget tuh kata-kaya Chia.” kata Ariniya ”loe mau ngeliat Asya menderita seumur hidup karna ketipu sama kebaikannya Rendi ??  kalo tadi gue bilang Rendi sosok yang baik,bertanggung jawab,and  pendiam karna selama ini yang gue liat dia seperti itu tapikan gak tau aslinya kaya apa?”
”gue sih juga sedikit ragu sama Rendi,karna ada beberapa temen kantor gue yang bilang Rendi itu gak baik.” tanggap Asya. ”selain itu gue mesti berhati-hati sama Rendi,sumpah gue binggung sama ini semua. apa yang gue dengger gak sama dengan apa yang gue temuin.”
”gimana kalo kita selidikin aja tentang Rendi !!!” usul  Chia “kita cari tau siapa aja mantan-mantannya dan gimana sifat aslinya dia ??.”
”gue setuju !!” jawab Alyena dan Ariniya.
”tapi ........” kata Asya ”apa mungkin cara kaya gini berhasil ?? gue gak yakin dengan cara kaya gini.”
”udah loe tenang aja, serahin semua sama gue.ok” jawab Chia
”ia udah kalo kaya gitu.”





Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar